Damn, siaaaall. Baru kali ini nanda ketemu gaya kepemimpinan seseorang yang dulu sempat menjadi sahabat. Ya, dia hanya sempat menjadi sahabat, lants dia berubah semenjak aku menemukan sesuatu yang baru dan dia juga menemukan seseorang yang baru, pembaruan yang merubah pola pikir dan cara bergaulnya, kalau boleh aku bilang, dia menjadi munafik dengan mamasang topeng baru karena teman barunya itu, zzzz -____-''
kalau boleh aku tebak juga, dia seperti mengalami kebencian padaku, entah kenapa, mungkin karena tidak menjadi seperti apa yang diinginkannya. Sudahlah, dia berubah, aku pun tidak ingin mengingat betapa baiknya sahabat ku itu dulu.
Awalnya, aku senang karen dia akhir-akhir dipercaya untuk menempati jabatan-jabatan penting dalam organisasi kami, namun lama kelamaan, dia seperti sedikit sombong dan menjaga image-nya sebagai pemimpin, ah..betapa angkuh mantan sahabatku itu. Kemudian aku berfikir, dia masih memberikanku kesempatan untuk juga menjadi bawahannya dan membantunya menyelesaikan tugas keorganisasian, tapi apa??, ternayta inilah yang dinamakan politik nepotisme yang dulu aku tahu berlaku pada zaman soeharto, ini seperti sistem kerajaan yang melantik orang-orang terdekat untuk menempati jabatan strategis, dulu aku termasuk orang terdekat, tapi mungkin sekarang tidak. Aku sadari, teman-teman yang lain tidak begitu mempunyai kredibilitas dan PROFESIONALISME seperti teman-teman BEM atau DPM, hanya brmodal "teman dekatnya". Kemudian aku kembali paham, nepotismenya membuat bawahannya tidak dapat berbuat banyak, mengikuti dan mematuhi setiap ideologi dan pola pikirnya, manut. Ah, apa-apaan ini, kemudian aku terus-terusan melontarkan kritik yang mungkin membuat duduknya menjadi tidak nyaman,aku melawan banyak aturannya, aku membuat beberapa kebijakan yang menentang cara kerjanya yang memperbanyak "rapat" tanpa real action, bangke !!
Mungkin itulah salah satu faktor aku dicoret dari daftar teman dekatnya, selain ada faktor dimana aku gagal menjadi 'jam weker'nya.
Kemudian praktik nepotismenya semakin terlihat, aku tidak suka, terbukti aku tidak mempercayainya untuk memimpin kami lagi, meski..teman-teman lain masih terkagum-kagum dengan 'kebijaksanaan'nya. Impasnya, mungkin ini juga kesalahanku, aku masih punya banyak hutang pada satu divisi yang dulu aku tempati, namun sayang aku tidak diberi kesempatan untuk melunasi hutang-hutangku. Mungkin sudah dianggap lunas dengan dia mendatangkan 'orang baru' yang benar-benar baru menetas dari cangkang organisasi kami, huufft. Biarlah, biarkan bayi yang baru menetas itu membuat hutang-hutang baru, masalah apapun dalam penyelesaian hutangnya TIDAK AKAN AKU BANTU UNTUK MENYELESAIKANNYA, karna maaf, sistem kita berbeda, boy. Saya suka kerja,tidak suka rapat berlama-lama, saya butuh aksi, bukan teori, bung. Saya sudah muak dirasuki ideologimu, beruntung aku tidak mempercayaimu menjadi pemimpin untuk jangka waktu cukup lama. Maaf bray, masih banyak yang harus saya urus diluar sana, rapat saja pagi sore siang malam dengan teman-teman dekatmu, Semoga tuhan mengampuni dosaku yang merasa tidak berkesempatan untuk melunasi hutangku,good luck boy, Wassalam.