Karena hidup ga selalu manis, kadang asem, ampe ga ketulungan asemnya, kayak strawberry.
Sabtu, 07 Juli 2012
Sedikit Memberikan Pandangan
Hari Rabu, 4 Juli 2012, masih di tempat yang sama, Kampung Ciloa, Desa Banjarsari, Kec. Bayongbong, Garut. Malam nisyfu sya’ban di desa Banjarsari diisi dengan baca Yasin berjama’ah sebanyak 3 kali. Jujur aja, selama enam tahun nanda di pesantren, nanda ga pernah diajarkan tentang ritual-ritual berdo’a berpanjang-panjang menjelang bulan-bulan suci dan hari baik. Yah, karna basic nanda selama ini adalah di Muhammadiyah, K.H Ahmad Dahlan telah mengajarkan untuk menjalani Islam secara ringkas, tanpa mengurangi makna ibadah itu sendiri. Dan, sesampainya nanda di Pulau Jawa, dengan basic NU, nanda jadi harus bisa menghormati kebiasaan orang lain, seperti yang pernah dilakukan oleh sahabat-sahabat Rasul.
Balik lagi ke cerita, masjid yang didekat homestay nanda waktu itu lagi ngadain yasinan 3x dan pengajian malam nisyfu sya'ban itu. Pas masuk masjid, nanda cukup salut karena didalam masjidnya rame, banyak anak-anak yang ikutan ngaji. Tapi, nanda sedikit kecewa dan ga setuju dengan keberadaan anak-anak kecil itu di masjid, kenapa? karna selayaknya anak kecil, mereka ga bisa diem dan selalu lari kesana kemari sambil teteriakan, ngeganggu ketenangan di masjid. belum lagi ntar ada yang nangis, aiiiissh..., selain itu, anak-anak yang udah mulai bisa diajak sholat mereka ikut dalam shaf sholat orang dewasa, dan kalo mereka udah capek, mereka kabur, duduk, lepas mukena atau apalah itu yang setau nanda itu memutuskan shaf shalat. Setau nanda, anak kecil yang belum wajib sholat menurut syar'i itu (dibawah 7 tahun) sangat baik dibawa ke masjid dan diajak shalat, tapi shafnya harus diujung, jadi kalau mereka kabur, mereka ga mutusin shaf shalat orang dewasa, dan hal itu dipahami dan dijalankan oleh orang-orang di daerah nanda.
Pandangan nanda, alangkah baiknya anak-anak itu dikasih pengertian dulu kalau di masjid itu ga boleh ribut pas waktu sholat, boleh main, karna dulu anak-anak rasulullah juga main di masjid, tapi bukan di waktu shalat. Kalau toh pas di masjid anaknya masih main dan teteriakan dan ga bisa dikasih pemahaman, mending mereka dirumah, main dirumah aja dengan harapan tidak mengganggu kekhusyu'an sholat orang dewasa.
Ini pandangan nanda, kalau memang alasan anak dibawa ke masjid adalah karna tidak ada yang mengasuh mereka di rumah, menurut nanda itu bukan alasan karna islam tidak memberatkan ummatnya dalam menjalankan ibadahnya. karna mendidik dan mengasuh anak-anak juga merupakan kewajiban orangtua sebagai umat beragama.
pandangan nanda, nanda ga setuju dengan ributnya anak-anak di masjid ketika waktu shalat, harusnya mereka diberi pengertian dulu di rumah sebelum berangkat ke masjid. Nanda emang belum punya anak. Tapi, dari apa yang nanda pelajari, komunikasi dengan anak yang dilakukan dengan baik dapat meluluhkan 'kenakalan' yang ada di diri anak.
Ini pandangan nanda, sekali lagi ini hanya pandangan, bagi yang punya pandangan lain, monggo :)
Senin, 02 Juli 2012
Kue Ali dan Paniaram
Kue ali dan paniaram dua-duanya adalah jenis kue pasar ala kampung yang alhamdulillah syudah pernah nanda makan. Tepatnya baru nanda makan beberapa jam yang lalu.
Hari keenam di garut baru berasa agak gabutnya. Setelah dua hari yang lalu nanda ngedatengin rumah adek-adek yang kena gizi buruk :'(. Trus hari ini dilanjut dgn bikin PPT buat likakarya di kecamatan bayongbong besok, hehe.
Seperti biasa, nanda selalu bersyukur atas kemakmuran yang nanda dapet pas KKP di Banjarsari ini. Homestay yang nyaman, teman-teman yang sekarang sudah bikin feel good, dan masakan bu lurah yang beda sama masakan emak tp tetap kerasa nikmat karna dimasak pake cinta juga :D.
Pas beres makan, kita biasanya langsung mabur ke rumah kayak orang abis makan di restoran. kebetulan rumah kita sama bu lurah deketan, pantat ketemu muka *plak. Jadinya kita kalau mau makan tinggal salto ke rumah ibu. Tapi, berhubung besok kita mau lokakarya, jadi sedikit ngobrol2 dulu sama pak lurah terkait apa yang mau kita sampein besok. tepatnya sih si heru yang banyak ngomong sama bapak. Nanda cerita sama bu lurah, mungkin karna mengingat nanda adalah satu-satunya anak sumatera dalam kelompok nanda, ibu jadi nanyain kenapa nanda bisa kuliah di IPB. Jadilah nanda cerita satu nikmat tuhan yang paling sempurna buat seorang anak kampung dari nanda, yaitu beasiswa full + uang saku selama 4 tahun masa studi dari departemen agama. Beasiswa untuk belajar di Universitas luar sumatera, yang bagi sebagian orang di tempat nanda untuk memimpikannya saja malu dan bagi nanda, kuliah di pulau jawa di salah satu universitas besar yang dikenal baik di dunia internasional itu adalah salah satu untuk melepaskan keluarga nanda dari stereotipe orang kampung kamseupay yang bodoh. Dengan beasiswa ini, banyak banget yang berubah dari kehidupan dari nanda. Cerita bersama bu lurah, membuat nanda kangen euforia bahagia 3 tahun yang lalu. Kangen masa perjuangan mengejar IPB, dan kangen bekal kue paniaram yang dibeli emak di pasar buat cemilan nanda di pesantren dulu.
Paniaram itu semacam kue dari santan dan gula yang digoreng sampai warnanya karamel. Nanti jadi mirip2 sama kue karamel gitu, ada rongganya dan pinggiran kuenya itu garing, enak. Secara orang ocu (salah satu stereotype di kabupaten kampar) sering menyamrkan huruf R dalam bahasa sehari-hari. Jadi kue ini dibaca paniagham. Huruf R diganti huruf Gha dalam hijaiyah.
Malam ini, pas abis dari pak lurah nanda diajak mampir ke rumah kang dera yang tepat disamping rumah bu lurah, tapi kita baru mampir sekali ini, hehe. Rumahnya kang dera itu ada usaha makloon penjahitan tas Alto. Waw juga sih nanda sama banjarsari. Seperti biasa, setiap bertamu kita hampir selalu disuguhin teh tawar anget atau air anget, dan kali ini kita disuguhin air putih anget. Beberapa menit kemudian, muncul sepiring kue kayak donat bantet tanpa meses dan krim berminyak dan warna coklat. Teman nanda yang orang sunda langsung tau kalau itu kue ali. Nanda penasaran karna temen nanda juga pernah cerita tentang kue ali yang ada di sunda. Pas dicoba, rasanya mirip banget sama paniaram tadi, banget mirip banget. Nanda agak waw karna nanda nemuin dua kue dengan formulasi sama ditempat yang berbeda. Ga tau kenapa, cuma nanda takjub aja bisa makan kue ali dan paniaram, kue adat dua kultur berbeda pulau, yang mungkin mengingatkan nanda sejauh manapun nanda merantau, nanda harus selalu inget ama kampung yang udah membesarkan nanda.
Seperti biasa, nanda selalu bersyukur atas kemakmuran yang nanda dapet pas KKP di Banjarsari ini. Homestay yang nyaman, teman-teman yang sekarang sudah bikin feel good, dan masakan bu lurah yang beda sama masakan emak tp tetap kerasa nikmat karna dimasak pake cinta juga :D.
Pas beres makan, kita biasanya langsung mabur ke rumah kayak orang abis makan di restoran. kebetulan rumah kita sama bu lurah deketan, pantat ketemu muka *plak. Jadinya kita kalau mau makan tinggal salto ke rumah ibu. Tapi, berhubung besok kita mau lokakarya, jadi sedikit ngobrol2 dulu sama pak lurah terkait apa yang mau kita sampein besok. tepatnya sih si heru yang banyak ngomong sama bapak. Nanda cerita sama bu lurah, mungkin karna mengingat nanda adalah satu-satunya anak sumatera dalam kelompok nanda, ibu jadi nanyain kenapa nanda bisa kuliah di IPB. Jadilah nanda cerita satu nikmat tuhan yang paling sempurna buat seorang anak kampung dari nanda, yaitu beasiswa full + uang saku selama 4 tahun masa studi dari departemen agama. Beasiswa untuk belajar di Universitas luar sumatera, yang bagi sebagian orang di tempat nanda untuk memimpikannya saja malu dan bagi nanda, kuliah di pulau jawa di salah satu universitas besar yang dikenal baik di dunia internasional itu adalah salah satu untuk melepaskan keluarga nanda dari stereotipe orang kampung kamseupay yang bodoh. Dengan beasiswa ini, banyak banget yang berubah dari kehidupan dari nanda. Cerita bersama bu lurah, membuat nanda kangen euforia bahagia 3 tahun yang lalu. Kangen masa perjuangan mengejar IPB, dan kangen bekal kue paniaram yang dibeli emak di pasar buat cemilan nanda di pesantren dulu.
Paniaram itu semacam kue dari santan dan gula yang digoreng sampai warnanya karamel. Nanti jadi mirip2 sama kue karamel gitu, ada rongganya dan pinggiran kuenya itu garing, enak. Secara orang ocu (salah satu stereotype di kabupaten kampar) sering menyamrkan huruf R dalam bahasa sehari-hari. Jadi kue ini dibaca paniagham. Huruf R diganti huruf Gha dalam hijaiyah.
Malam ini, pas abis dari pak lurah nanda diajak mampir ke rumah kang dera yang tepat disamping rumah bu lurah, tapi kita baru mampir sekali ini, hehe. Rumahnya kang dera itu ada usaha makloon penjahitan tas Alto. Waw juga sih nanda sama banjarsari. Seperti biasa, setiap bertamu kita hampir selalu disuguhin teh tawar anget atau air anget, dan kali ini kita disuguhin air putih anget. Beberapa menit kemudian, muncul sepiring kue kayak donat bantet tanpa meses dan krim berminyak dan warna coklat. Teman nanda yang orang sunda langsung tau kalau itu kue ali. Nanda penasaran karna temen nanda juga pernah cerita tentang kue ali yang ada di sunda. Pas dicoba, rasanya mirip banget sama paniaram tadi, banget mirip banget. Nanda agak waw karna nanda nemuin dua kue dengan formulasi sama ditempat yang berbeda. Ga tau kenapa, cuma nanda takjub aja bisa makan kue ali dan paniaram, kue adat dua kultur berbeda pulau, yang mungkin mengingatkan nanda sejauh manapun nanda merantau, nanda harus selalu inget ama kampung yang udah membesarkan nanda.
Label:
Banjarsari,
Bayongbong,
Garut,
IPB,
Kementerian agama,
KKP.,
Kue Ali,
Paniaram,
Story
Langganan:
Postingan (Atom)