Kamis, 10 Mei 2012

Kisah Sepotong Roti

Aku roti. Aku dibuat oleh tangan terampil manusia dengan berbahan dasar tepung. Agar aku lebih disukai, terkadang manusia menambahkan rasa coklat, keju, srikaya, atau buah-buahan lain kepadaku.
Sebenarnya aku bukan makanan pokok. Tapi, untuk beberapa orang sibuk, aku bisa diandalkan untuk mengganjal lambung mereka. Untuk sebagian kakak-kakak mahasiswa juga, aku menjadi favorit di pagi hari, atau bahkan di akhir bulan ketika keuangan mereka menipis.
Aku roti murah, diproduksi di pabrik kecil, dan dipasarkan lewat pedagang eceran. Dan kali ini, seorang anak kecil mengambil aku dan beberapa temanku. Aku pikir dia memborong kami untuk dimakan. Tapi dari postur tubuhnya yang kurus, hitam, dan kering, terlihat sekali kalau anak itu mengambil kami bukan untuk dimakan. Badannya terlalu kurus untuk menjadi seorang tukang makan.
Setelah mendengar pembicaraan tuanku dan anak kecil tadi, aku baru tahu kalau dia adalah pedagang eceran yg akan menjual ku kepada kakak-kakak mahasiswa di IPB.
Aku terkejut, anak sekecil itu sudah menjadi penjual, aku kira dia harus sekolah, tapi ternyata tidak.
Setelah dibungkus plastik agar sedikit cantik dan tidak kotor. Aku dan teman-teman dijunjung didalam keranjang hijau yang sudah pudar karena sering terjemur. Bersama kami, juga ada kerupuk, jeruk, dan beberapa camilan murah lainnya di keranjang terpisah. Dan mulai saat ini, aku, tuanku yg kecil, jeruk-jeruk dan kerupuk itu akan berjuan bersama, berdoa pada Tuhan agar kami diizinkan membantu manusia yang sedang butuh sedikit pengganjal perut. Ternyata, tuanku punya beberapa teman yang akan menggantikannya berjualan ketika tuanku sudah lelah, mereka adalah anak kecil yang lucu, namun dari balik plastik transparan ini aku bisa melihat bahwa mereka sedang menyimpan harap, harap untuk sekolah dan bermain bersama teman-teman mereka yang lain di sekolah.
Aku sedih, melihat keadaan mereka, aku sangat bersyukur sebagai sepotong roti, dalam hidup ku yang hanya beberapa hari, aku tidak perlu menjalani banyak masalah pelik.
Tuanku dan teman-temannya berjalan disela-sela kakak-kakak mahasiswa IPB yang terburu-buru karena mereka ingin masuk kuliah, tuanku terlihat sangat kecil dan kusam diantara kakak-kakak yang berbadan sehat dan mereka harum, jelas sekali mereka adalah orang yang bernasib jauh lebih baik dari tuannku.
Kampus ini bagus, gumamku didalam plastik. Lalu tuanku duduk didekat sebuah pohon dipinggir jalan, dimana kakak-kakak mahasiswa banyak yang melewati jalan itu. Teman tuanku memberikan meja lipat kecil kepada tuanku, dan aku didudukkan diatas meja itu bersama temanku yang lain. Tuanku pun mulai menawarkan kami kepada kakak-kakak mahasiswa yang berlalu lalang. Sebagian mereka tampak peduli dengan sedikit tersenyum pada tuanku, dan memandang lirih pada kami. Namun, sebagian lagi tampak begitu angkuh berjalan dihadapan kami dan tidak menoleh sedikit pun, entah mereka sedang sibuk, atau memang benci kepada kami, sudahlah...aku hanya ingin membantu mereka menghilangkan lapar mereka sesaat.
Hari semakin panas, aku takut, jika terlalu lama berada dibawah matahari, aku bisa menguap dan cepat busuk, itu artinya, hidupku akan sia-sia karena aku tidak dapat membantu manusia hingga akhirnya aku busuk. Tetapi tuanku mengerti, dia juga merasakan panas yang sama, dia berpindah ke tempat yang sedikit teduh, dan hal yang sama terulang lagi, tidak ada satupun yang mau membeli kami.
Aku sadar, aku memang roti murah, proses pembuatanku kurang higienis, rasa ku kurang enak, dan aku buruk. Tapi harapanku hanya satu, ingin membantu manusia. Selain itu, ketika nanti aku dibeli, tuanku akan mendapatkan uang dan Ia bisa pulang kerumah lebih cepat.
Hari sudah semakin sore, dari tadi belum ada dari kami yang dibeli. Aku mulai putus asa karena lusa aku akan busuk. Ketika tuanku mulai merapihkan kami, datang seorang kakak mahasiswi yang menurutku Ia tidak cantik. Dia mengenakan pakaian yang amat sederhana, Ia memakai rok hitam, kemeja batik yang pudar, dan kerudung yang juga sudah lusuh. Ranselnya pun penuh jahitan sana-sini. Aku yakin kakak itu tidak punya cukup uang untuk membawa kami pulang dan memakan kami, terlebih Ia hanya memandang kami dengan wajahnya yang melas.
Kakak itu duduk merendah didekat kami, memegang salah satu temanku dan bertanya 'ini harganya berapa dek?', 'seribuan ka', jawab tuanku. 'Rotinya tinggal berapa?, bentar lagi kadaluarsa ya ini?'. Kakak itu kembali bertanya, aku tidak mengerti apa arti kadaluarsa, tapi orang-orang yang berpendidikan sering mengucapkan kata itu untuk menggambarkan bahwa aku sudah tidak layak dimakan.
Tuanku menjawab 'masih ada lima belas teh, dr td belum laku'. 'Oke teteh beli semua ya rotinya', aku tercengang, tak terkecuali tuanku. Kakak itu mengeluarkan uang berwarna hijau, aku bisa melihat disana ada gambar ibu-ibu mengenakan caping dan memetik teh, ya itu adalah uang dua puluh ribu rupiah. Kakak itu memberikan uangnya, tuanku mengucapkan makasih berkali-kali sambil memasukkan kami kedalam kantong plastik bekas. Kemudian tuanku berkata 'teteh, kembaliannya ga ada, apa teteh mau nunggu sembari saya nyari tukeran duit?, atau saya kasih jeruk aja teh?'. Kaka itu hanya tersenyum kemudian berkata, 'duitnya buat adek aja, ditabung yaaa'. Tuanku mengangguk kecil masih tidak percaya. Dalam keadaan tertimpa teman-teman lain didalam plastik, aku bisa melihat bahwa ternyata kakak ini cantik, hatinya sangat tulus membantu orang lain. Beberapa temanku dibagikan kepada pengemis yang Ia temui dijalan kosannya. Dan beberapa lagi Ia berikan kepada teman kost-nya. Dan aku, masih tergeletak diatas meja belajarnya, sampai kudengar adzan maghrib, kakak itu berdoa dan membuka bungkusanku. Sepotong demi sepotong tubuhku dikunyah dan dimakan oleh kakak baik hati itu. Baru setelah tubuhku hancur semua aku tahu, aku dimakan kakak itu ketika sebagai ta'jil puasa sunahnya. Mulia sekali kakak itu, Ya Tuhaan, lindungilah kakak baik hati ini, berkati hidupnya, dan jadikanlah aku makanan yang bermanfaat dan bergizi bagi kakak ini, amiiiinn.
Published with Blogger-droid v1.6.6

Minggu, 06 Mei 2012

Allah sayang sm Nanda

Nanda yakin, dan sangat yakin kalau Allah sayang sm Nanda. Allah jarang ngabulin permintaan nanda, tp Allah memberikan apa yg ga pernah bayangkan sebelumnya o_o.
Salah satunya ini, Nanda dulu sebel, karena nanda sempat bermimpi buat jadi kadiv Kominfo di kepengurusan CSS 2012, dan Nanda sudah punya kriteria orang2 yg akan nanda ajak kerjasama dan kriteria itu akan terlihat ketika nanda ngewawancara mereka. Dan, apa yg nanda impikan ga kesampean :(.
Sampai udah setaun berlalu, nanda bahkan lupa dengan impian nanda.
Tapi, sekarang, Allah nunjukin dan ngasih tau ke nanda, kalo nanda bisa melakukan apa saja yang nanda pengen di waktu yg tepat.
Nanda dipercaya sm temen2 CSS buat ngewawancara calon ketua CSS MoRA IPB 2013, dan ini suatu kehormatan bagi nanda. Allah ngasih kesempatan di waktu yg tepat dgn nanda, krna sekarang nanda udah bisa mengaplikasikan banyak hal yg berkaitan dgn psikologi kepribadian. Ga kayak taun lalu pas nanda masih cupu, haha.
Allah memang sayang sama nanda :D
Published with Blogger-droid v1.6.6

Skill vs Opportunity

Kemampuan vs kesempatan. Itu dia dua hal yg akhir2 ini nanda pikirin.
Bicara masalah kemampuan, di sekitar nanda, bnyak bnget orang2 yg punya kemampuan hebat, dkmpung nanda orang yg jago ngukir kayu, jago silat, jago ngelukis, sodara nanda jago maen gitar padahal di keluarganya ga ada yg bsa gitar. Gitu juga sm ayah nanda, bahasa inggrisnya jago, pikirannya kritis, apalagi udh ngomongin politik Indonesia, ayah nanda tau banget pdhl dia jarang disini dan ayah nanda cuma lulus SD. Emak nanda, dia jago banget sm yg namanya manajemen keuangan keluarga, itungannya duitnya ga pernah meleset dan detail bget sampai ke pengeluaran 500 perak sekalipun. Emak nanda juga jago ama yg namanya tanam menanam, dirumah nanda bnyak bunga2 aneh warna warni hasil kawin silang, bnyak lidah buaya seukuran tangan nanda, ayam2 nanda hidup makmur karna emak nanda. Kalo aja dulu mereka punya kesempatan buat belajar dan ada sarana, pasti ayah nanda bsa jadi diplomat atau pengamat politik. Emak nanda jga bsa jadi manajer keuangan keluarga atau ahli pertamanan dan perkebunan.
Ga cma emak sm ayah nanda, di bogor banyak banget pengamen yg suaranya bikin terkesima, tp sayangnya mereka ga punya kesempatan buat meng-expose apa yg mereka bisa, dan mungkin juga, ribuan sarjana nganggur di Indonesia ga bakal ada, hhe
Kenapa, karena setelah punya kesempatan belajar, mereka juga punya kesempatan buat ngembangin apa yg mereka tau, kesempatan buat menjalankan skill mereka di bidang yang sesuai.
Jadi, menurut nanda, menumbuhkan dan mengasah skill itu perlu, tp lebih baik kalau diselingi dengan pembangunan sarana dan pemberian kesempatan utk orang2 berbakat. Daaaann, menurut nanda, semua orang itu berbakat, tergantung dr gimana dia bisa ngembanginnya dan dia bisa sukses tergantung dr kesempatan yg dia punya buat berkembang :D
Published with Blogger-droid v1.6.6