Kamis, 20 Januari 2011

Gigi Geraham yang Demisioner


Gigi geraham adalah gigi yang letaknya di bagian belakang. Jumlah keseluruhannya 12 batang, 3 di kanan atas, 3 di kanan bawah, 3 di kiri atas dan 3 di kiri bawah. Tapi untuk orang yang berusia dibawah 20 tahun, gigi geraham masih berjumlah 2 disetiap sisi, akan tumbuh setelah berusia 20 tahun, dan ini yang namanya geraham bungsu -karena munculnya terakhir- atau menurut bahasa dokter disebut wisdom teeth.
Masalahnya sekarang bukan geraham bungsu yang mau lahir, tapi geraham sulung yang mau demisioner alias mangkat. Niat untuk mencabut geraham sulung yang bertugas untuk melumat makanan ini muncul sejak kelas satu SMA, karena ternyata si sulung sudah sakit-sakitan dan menyakitkan. Geraham sulung yang memiliki dua akar ini sudah rapuh, bentuknya sudah tidak utuh, dan bagian yang rapuh itu menjadi tajam dan melukai bagian kanan lidah, -karena geraham ada di kanan bawah.
Segera harus dicabut. Memang, daripada menyiksa, lebih baik mencabut gigi itu sesegera mungkin, tapi karena waktu itu nanda ada di asrama, perizinan untuk keluar mengurusi gigi bakal rumit. Ketika liburan lagi-lagi tertunda, tertunda hingga menjelang Ujian Nasional -lama banget yak-. Niatnya siih gigi geraham itu akan dicabut setelah UN selesai. Tapi karna harus mengurusi registrasi kuliah, matrikulasi dan sebagainya, lagi-lagi gigi itu gagal mangkat. Sampai juni 2010, giginya kembali rapuh, melukai lidah, membuat sulit bicara dan tak jarang menjadi tempat transitnya serpihan makanan. Mumpung liburan, keputusannya adalah cabut gigi. "waah, ini giginya udah hancur banget, mending besok aja balik lagi kesini nunggu dokter", kata suster rumah sakit. Karena besoknya nanda mau balik ke Bogor, gigi geraham itu tetap menjabat di hari tuanya.
Sampailah bulan Desember 2010, niat cabut gigi udah mantap, tapi karna masih takut dengan suntikan bius, tertundalah untuk beberapa waktu sampai nanda punya mental buat menerima suntikan anestesi lokal dari dokter. Anestesi lokal itu sejenis bius lokal yang bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
19 Januari 2011, tanpa rencana matang, nanda ikut ke dokter gigi dengan dilla yang mau memperbaiki behelnya. Oke, nanda mensugestikan kalau suntikan anestesi lokal itu ga sakit, cuma kayak digigit semut. Mendaratlah tiga suntikan anestesi itu di bagian belakang pipi kanan, di bagian kanan bawah dekat geraham sulung dan persis di dekat geraham sulung itu sendiri, dan ternyata ga terlalu sakit !!, meski harus mengeluarkan sedikit darah akibat luka bekas suntikan tadi. Efek anestesi itu menjalar-menjalar-dan menjalar hingga bagian wajah sebelah kanan jadi kaku, serasa bengkak dan mati rasa. Dokter yang mukanya ga jelas itu -karena lagi pakai masker- mulai mengoprek si geraham sulung, berbagai jenis besi metalik di keluarkannya, dan itu ga sakit sama sekali. "giginya keras nih", gumam dokter yang agak susah payah mencabut geraham sulung. Mataku terpejam, nafasku tercekat, tapi tetep aja ga sakit sama sekali, walau nanda tau dokter itu sedang mengerahkan tenaga untuk mencabut geraham sulung. Finish, sebuah benda yang mirip bendera negara polandia yang sudah usang menggantung di ujung tang pencabut gigi di tangan kanan dokter. Ya, mirip bendera polandia yang usang, bagian bawahnya merah menyala dan becek, dengan bagian atas berwarna putih yang kusam, jelek, teksturnya ga jelas, ngooks.
"sakit ga..??", tanya dokter
"enggak", kata nanda sambil cengengesan karna geraham sulung yang menyebalkan itu sudah migrasi ke tong sampah dokter.
dokter: "itu efek biusnya ampe 4 jam looh"
nanda: "yaah, dok. tar saya makannya ga enak dong"
dokter: "hehe, kan masih ada bagian sebelahnya yang ga mati rasa"
Trus nanda keluar ruangan sambil megang pipi dan cengengesan, "ga sakit kok dil", kata nanda ke dilla "pokonya kalo nangis dila tinggal, kita ga kenal !!", balas dila.
Terbukti nanda ga nangis karna anestesinya masih kerasa padahal darah bekas cabut gignya masih ngocor ngocor dan ngocor. Efeknya, nanda jadi susah makan karna bagian yang mati rasa itu tidak mau berkompromi untuk mingkem dengan sempurna pas nanda lagi ngunyah, tanpa terasa, ternyata bibir dalam nanda banyak banget yang tergigit waktu makan --> sariawan, semua makanan dan minuman berasa darah. 19 Januari 2011, sekitar jam setengah sebelas, anestesi itu mulai hilang, menyisakan perih pada sariawan dan ngilu pada bekas lapak geraham sulung. Sekarang, bekas lapak geraham sulung masih rajin mengucurkan darah, si sariawan juga masih meninggalkan perih, lebih perih daripada putus cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar