Minggu, 09 Januari 2011

ayah, aku, dan hujan malam itu

aku kangen ayah
ayah ku bekerja sebagai supir taksi di negeri seberang sana
dan setiap kali aku mendengar kabar ayah akan pulang, hati ku melonjak, riang, sangat riang

dan hari itu, 23 desember 2010 ayah pulang, tak sabar aku menanti esok, karna 24 desember 2010, aku juga pulang, bahagianyaaa
aku naik pesawat batavia air, berangkat jam 11.40 dari bandara jakarta dan sampai di pekanbaru, tepatnya dirumah, jam setengah tiga
aku sampai di rumah, ku peluk mama
dan kulihat ayah, -masih seperti biasanya- berbaring di bawah kipas angin tanpa baju, karna menurut ayah Indonesia terlalu panas
ayah bangun ketika aku masuk ke rumah, menghampiri ku yang membongkar ransel hitam pinjaman yang berisi empat potong baju, sepotong buat ayah, sepotong buat bang romi, dan dua potong buat mama
aku bahagia, bertemu ayah, sosok tegar yang slalu kurindukan itu

karna kepulangan ku dan ayah adalah karna ingin menghadiri pesta pernikahan etek (tante) ku, sorenya kau mampir kesana bersama ayah, atuok dan uwo (kakek dan nenek), orangtua etek ku sedang sibuk memasak air dan makanan khas urang baralek. aku hanya mampir sebentar

aku pergi ke pasar, jajan, dan membeli durian, ke pasar dengan ayah adalah ahl yang sangat aku sukai, karna aku bisa minta dibelikan makanan apapun itu, selagi halal.
dari sore hingga malam, semuanya istimewa, ayah dan mama selalu memperlakukan ku seperti anak kecil, di manja, ah...bahagianya aku

hari sabtu pagi pun masih begitu2 saja, kebiasaan kalau ayah dirumah adalah, mama tidak pernah memasak untuk sarapan, semuanya dibeli, dan kami bebas meminta apapun itu.
siangnya pun aku pergi lagi ke rumah uwo dan etek, hanya sebentar, bahkan aku tidak sempat untuk masuk ke rumahnya, hanya menghampiri mama di bawah rumah panggung itu, mama ingin pulang, dan aku kembali pulang mengantar mama, itu pun hanya sampai ke depan rumah ku, karna ayah dan aku akan pergi lagi ke ampera buyuang untuk membeli gulai cancang idaman ayah, ampera pertama yang kami datangi adalah ampera favorit ayah dr jaman baheula, tapi sayang, gulai cancang, yang dicari tidak ada, ayah hanya membeli ikan tongkol dan kau memesan patin bakar. kami pun pergi ke ampera yang lain, dan gulai cancang tidak adam tapi ada gulai usus, alternatif ayah. tidak lupa aku memesan teh goyang, khas rumah makan padang.
sampai dirumah, bersusah payah aku menghabiskan seporsi nasi padang, yang menurutku lebih mirip porsi kuli bangunan, banyak sekali.
pada sore harinya, aku pergi ke pasar lagi dengan mama, membeli martabak keju dan gado-gado pesanan ayah
setelah maghrib, rencana untuk kembali ke rumah uwo gagal karna mati lampu, setelah hampir jam sembilan, lampu hidup dan kami ke rumah uwo.
tidak lama, aku minta pulang karna aku merasa kurang enak badan
sesampai dirumah, aku tidur dan ternyata malam itu hujan
mama datang ke kamar dan meminta ku untuk pindah ke kamar mereka, karna mama khawatir, sekali lagi kawan, dirumah, aku adalah balita.
tapi aku tak beranjak, mataku sangat berat dan aku malas
beberapa saat kemudian, ayah datang ke kamar, tanpa banyak bicara. ayah mengankatku, lebih tepatnya menggendong. ya, menggendong ku ke kamar mereka, aku benar merasakan tangan kekar yang dulu sangat kokoh, ternyata sekarang tidak sekokoh dulu, ayah tidak begitu kuat mengangkatku, untung saja, jarak kamar ku dan kamar ayah, dekat.
ayah, aku, dan hujan malam itu adalah saksi betapa ayah menyayangiku, mengkhawatirkan ku, dan aku, adalah anak balita ayah yang masih perlu dikhawatirkan dan dijaga 24 jam, anak balita yang harus diingatkan untuk mandi, anak balita yang disuapkan setiap kali makan
ayah, aku, dan hujan malam itu, menyadarkan ku bahwa aku harus menjadi kaya raya suatu saat ini dan membelikan mobil ayah agar ayah tidak kepanasan jika ingin pergi kemana-mana
ayah, aku, dan hujan malam itu mengajariku agar tidak berfoya-foya, karna siapa tau suatu saat ini tangan yang mulai rapuh itu tidak mampu lagi bergerak, bergerak untuk menghasilkan ringgit demi ringgit dan ditukarkan ke mata uang rupiah, untuk aku.
ayah, aku, dan hujan malam itu, pelajaran berharga untukku :)

2 komentar: